Rabu 3 April 2002 02:15:03 WIB
                            Ada Oknum Mendalangi Aksi Unjuk Rasa Terhadap PT. NNT

                            MinergyNews.Com, Bandung - Dari hasil investigasi yang dilakukan Mining  Contribution Development Watch (MCDW), seperti dikatakan Arif Hidayat,  Direktur Eksekutif MCDW, terprovokasinya warga Tongo yang mendatangi dan      menginap di Kantor DPRD Sumbawa (27-30 Maret 2002) diawali dengan adanya  perseteruan Kepala Dusun Tongo, Hasanuddin, dengan Kepala Desa Tonggo  Sejorong, Ibrahim.  Warga Tongo yang lugu dan kebanyakan orang tua tersebut diprovokasi oleh   oknum-oknum tertentu, ujar Ibrahim. Mereka diiming-imingi uang 50 juta rupiah   per orang. Uang tersebut sebagai ganti rugi tanah Jalik mereka (areal hutan turun  temurun). Dikatakan Ibrahim, sebagaimana diinformasikan Arif, pihaknya mendengar         rencana demo tersebut setelah kedatangan Ny. Halimah beberapa waktu lalu.  Mereka akan menuntut hak atas tanah Ulayat, katanya. Tetapi lanjutnya, ketika di DPRD Sumbawa, selain menuntut ganti rugi tanah jalik,  mereka juga menuntut agar Kades diganti, menuntut PemKab Sumbawa dan  DPRD Sumbawa agar mendesak pemerintah pusat meninjau kembali kontrak          karya dengan PT NNT.  Bahasa demikian jelas-jelas karena adanya rekayasa oleh aktor Intelektual, kata  Ibrahim. Kenyataan ini dukung oleh bersikerasnya Kepala Dusun Tongo agar  segala macam bantuan langsung diberikan kemasyarakat atau hanya lewat  kepala Dusun.  Menanggapi ketidakpercayaan warga Tongo untuk memfasilitasi bantuan PT NNT, Ibrahim menilai sikap tersebut sangat keliru. Sebab dirinya sebagai kepala desa hanya sekedar menjadi saksi atas bantuan PT NNT.  “Masalah uang dan sebagainya, bukan saya yang terima. Posisi saya sebagai  penanggung jawab bantuan yang datang untuk selanjutnya koordinasikan kepada PT NNT dan Pemkab, jadi tidak ada wewenang lebih seperti yang  dituduhkan,” ujar Ibrahim. Namun ia menyangsikan apakah penolakan oleh sebagian warganya itu disetujui oleh warga lainnya.  Sementara itu kades Desa SP 2 Tongo, Muhammad Yunus, mengatakan  warganya pernah didatangi oknum tertentu (Ny. Halimah), diajak untuk menuntut  tanah Jalik yang kini dipinjam pakai oleh PT.NNT.  Sekitar tanggal 25 Maret lalu, warganya disabotase dan disuruh berjalan sejauh 7 Km ke Tongo. Namun kedatangan warganya itu, sebelumnya tidak dikoordinasi  dengan dirinya. Bagi saya, kalau seandainya saja dikoordinasikan dengan pemerintah setempat, kan kita bisa mencari solusinya", katanya.   Perseteruan yang ada inilah dengan jeli dimanfaatkan oleh Lembaga Olah Hidup (LOH) untuk mengerahkan beberapa warga yang nota bene sudah uzur ke  Sumbawa Besar.
Sementara itu, ketua LSM Forkot Opet Bujik yang juga mendampingi warga Tongo, mengatakan aspirasi warga Tongo harus dibuktikan. Jangan sampai ditungangi pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan pribadi.  "Akan tetapi aspirasi ini harus ril mencerminkan perjuangan rakyat, jangan sampai ditunggangi apalagi dipolitisir untuk merongrong kebijakan pemerintah          maupun dewan. Jelas mereka punya kepentingan", ungkap Opet. Dari pengamatan MCDW, jelas Arif, beberapa organ yang terlibat dalam pendampingan warga Tongo mulai berhati-hati dan menjaga jarak dengan LOH. Pasalnya, mereka sudah melihat ketidakberesan yang terjadi disaat demo pada hari Sabtu, 30 Maret lalu.  Beberapa kenyataan riil dalam masyarakat mulai terungkap dari nurani masyarakat. Apa yang dikatakan oleh Ihklasuddin Jamal seorang staff PT NNT, kami tidak takut dengan kebenaran, karena yang kami lakukan adalah kebenaran, dan kebenaran tersebut akan dibuktikan oleh lingkungan bukan oleh kami.  "Dengarlah nurani masyarakat Tongo. Ternyata jauh dari apa yang diperkirakan LOH”. (MNC-2)