MENAMBANG SEBUAH HARAPAN
Oleh : Arif Hidayat
Acapkali kita berbangga dengan kekayaan alam yang ada, padahal belum
tentu SDA tersebut akan bermanfaat bagi masyarakat setempat. Keberadaan
tambang disuatu daerah sudah tentu akan mendatangkan sikap pro dan kontra
akan kelangsungan pertambangan tersebut. Akan sangat mustahil masyarakat
yang telah menikmati benefit dan profit keberadaan tambang akan melepaskan
diri dari multiplier effect tambang itu sendiri. Contoh kongret yang sedang
dihadapi oleh masyarakat kepulauan Bangka, setelah ratusan tahun pulau
tersebut dihisap kekayaannya secara formal, kini masyarakat lokal masih
berbondong-bondong menggali kembali sisa tambang yang telah ditinggalkan
oleh investor sebelumnya. Harapan keterikatan ini bukan hanya mempengaruhi
mata pencaharian masyarakat dalam dunia pertambangan, namun dunia usaha
lain cukup terpengaruh dengan berkurangnya operasional tambang timah di
kepulauan Bangka tersebut.
Dilain pihak keberhasilan dan kemajuan pembangunan suatu daerah tak
lepas dari tumbuhnya industri pertambangan skala besar yang lebih dari
satu investror. Di pulau kalimantan yang merupakan surga investor besar,
begitu hiruk pikuk dengan multi cultur berbagai bangsa karena keberadaan
sektor pertambangan. Suatu daerah yang dulunya hanya sebuah dusun terpencil
kita tersulap menjadi sebuah Ibu kota Kabupaten dan Kota, seperti halnya
kabupaten Kutai Timur dengan Ibu Kotanya Sanggata dan Kota Bontang dengan
Ibu kotanya Bontang. Pertumbuhan yang cukup fantastis dikedua kota tersebut
tak lepas dari masuknya investor skala besar. Meskipun masuknya big investor
tersebut masih dalam hitungan dibawah 15 tahun, namun perubahan menjadi
suatu daerah Industri sungguh mengagumkan. adapun investor yang telah beroperasi
didaerah tersebut diantaranya PT. Kaltim Prima Coal ( KPC ) yang menambang
Batu Bara, PT. Pupuk Bontang , PT. Badak yang memproduksi gas alam serta
Pertamina yang mengeplorasi Minyak Bumi. Serta Puluhan dan bahkan ratusan
sub kontraktor lainnya yang mendukung keberadaan investor besar yang ada.
Dilain pihak komoditas andalan lainnya seperti hasil hutan merupakan
trade mark tersendiri bagi Kalimantan untuk menggeliat sebagai raksasa
tidur.
Keberadaan investor pertambangan yang menginjak usia belasan tahun
merupakan fenomena menarik dalam menilai seberapa besar konstribusi yang
didapatkan oleh daerah. Sudah tentu kita tidak bisa menafikkan keberadaan
Tambang tersebut sangat mempengaruhi besar kecilnya Pendapatan yang dihasilkan
oleh sebuah daerah di Kalimantan Timur tersebut. Disinilah peran pemerintah
untuk bisa memanfaatkan dana yang dihasilkan oleh dunia tambang tersebut
untuk dikembalikan kepada Masyarakat. Seperti halnya di Bontang dan Sanggata
kedua daerah tersebut sedang menyiapkan diri untuk menjadi daerah yang
otonom. Dimana – mana terlihat pembangunan Infrastruktur jalan dengan tujuan
memperlanjar jalur transportasi bagi lalu lintas dunia usaha yang majemuk
tersebut.
Hal yang bisa dipetik dari penerapan kebijakan yang ada didaerah tersebut
adanya upaya memposisikan Job Description antara Investor dan pemerintah
serta komponen Masyarakat. Semua berjalan dalam koridor koordinasi. Sehingga
hasil yang diharapkan terjadinya sikronisasi program antara Pemerintah
dan Investor serta komponen Masyarakat. Upaya untuk menunjukkan tanggung
jawab moral oleh pemerintah setempat dilakukan dengan cara pro aktif
mengeluarkan kebijakan yang mendukung sektor pertambangan tersebut. Misalnya
pemerintah dengan Balai latihan Kerja ( BLK ) berhasil menciptakan tenaga
dengan skill yang kualifiet sehingga lulusan BLK disana menjadi rebutan
para Investor. Begitu juga hasil nyata dari dana pertambangan digunakan
untuk mendukung perkembangan sumber daya manusianya dengan jalan Mensubsidi
Sektor pendidikan. Yang lebih menarik para guru juga diberikan insentif
khusus agar mereka lebih terfokus mengajarkan anak didiknya.
Dunia usaha yang telah hadir di Kalimantan khususnya Kalimantan Timur
bukan single fighter seperti halnya PT. Newmont Nusa tenggara di Sumbawa.
Memang masyarakat akan sangat berharap akan Multiplier effect yang ditimbulkan
oleh NNT, namun harapan itu terlalu besar jika hanya NNT yang akan dan
mau beroperasi di Sumbawa. Multiplier Effect dari sektor usaha skala besar
sangat dibutuhkan bagi Sumbawa, dan sudah tentu masih di butuhkan beberapa
investor lagi yang mau menanamkan modalnya di Sumbawa.
Sebagai kilas balik untuk membuka lembaran daerah lain akan proses
masuknya investor skala besar tak lepas dari peranan masyarakatnya. Masyarakat
yang menilai keberadaan Investor sebagai nilai tambah bagi daerahnya senantiasa
akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Sebaliknya masyarakat
yang senantiasa curiga dan selalu dilimuti negatif thingking akan membuat
para investor ragu menanamkan modalnya. Sikap masyarakat ini masih
wajar jika rasa curiga dan negative thingking ini masih berlangsung
beberapa tahun, namun andaikata sikap curiga ini berlangsung secara permanen
niscaya para investor akan hengkang dari daerah tersebut.
Mengapa masyarakat Sumbawa terlalu terfokus kepada Newmont ? tak lain
adalah PT. NNT boleh dibilang multinational Company pertama yang terbesar
menginjak kakinya di pulau Sumbawa. Ditambah lagi kondisi sosial politik
dengan adanya reformasi membuat masyarakat berani berbicara meskipun itu
diluar rasionalitas dan objectivitas.
Harapan masyarakat Sumbawa terhadap keberadaan PT. NNT tak dimbangi
dengan perubahan mentalitas yang selama ini merasa di ninakbobokan oleh
alam. Bukan mustahil grafik konstribusi yang diberikan oleh PT. NNT makin
meningkat namun grafik pemanfaatan itu sendiri akan menjadi kecendrungan
slope negatif karena mentalitas masyarakatnya.
Siapa yang bertanggung jawab terhadap semua ini ? tak lain semua komponen
yang ada, baik itu pemerintah sumbawa, masyarakat sumbawa maupun investor
yang ada. Namun sungguh naif jika semua perubahan yang diinginkan disodorkan
kepada para investor. Yang perlu kita pertanyakan sejauh mana upaya
pemerintah untuk mengkondisikan masyarakat tersebut berubah kearah positif.
Inilah pertanyaan yang harus kita gugat. Seandainya investor sampai
mengatur tetek bengek penghidupan masyarakat, bukankah itu dinamakan pemerintah
dalam pemerintah. Apakah itu yang diinginkan ? rasanya tidak.
Upaya untuk memerankan peran pemerintah dalam koridor job description
yang sebenarnya harus dilakukan mulai saat ini. Peran DPRD bukan hanya
kita melihat sebagai komponen kelembagaan, namun kualitas manusianya merupakan
penopang untuk menunjukkan eksistensi kelembagaan tersebut. Begitu juga
peran pemerintah Daerah tak bisa lepas dari kualitas manusia yang berada
di dalamnya.
Sikap pro aktif aparat pemerintahan sangat dibutuhkan, karena bagaimanapun
program yang dicanangkan oleh para investor akan mengalami kemandekan andaikata
program yang dijalankan tidak ada sikronisasi dan koordinasi. Memang
pola pikir yang masih sebatas lokalitas akan mempengaruhi arah pemikiran
jangka panjang para aparat pemerintah. Untuk menghilangkan gap antara pengalaman
lokal dan perkembangan dunia luar dibutuhkan sikap keterbukaan aparat pemerintahan
untuk mau belajar dari daerah lain. Konsep pembelajaran ini bukan hanya
ditekankan kepada Pemimpin Daerah itu, alangkah baiknya aparat dalam level
pelaksana tehknis juga mengalami studi banding terhadap daerah lain. Ini
sangat dibutuhkan karena persoalan saat ini bukan hanya membicarakan sebatas
kemampuan lokal, namun gejala globalisasi yang diiringi dengan kemampuan
menyerap informasi yang cepat merupakan bagian yang penting dalam menghadapi
kompetisi global.
Sejauh ini ada tudingan mendasar dari aparat pemerintahan Sumbawa terhadap
program yang dijalankan oleh PT. NNT di Sumbawa. Garis merah persoalan
terletak pada miskomunikasi antara pemerintah dan PT. NNT. Sebenarnya program
yang telah dan akan dijalankan oleh PT. NNT harus mendapat dukungan kebijakan
dari pemerintah Sumbawa. Yang malah terlihat Pemda Sumbawa masih acuh dengan
program mereka, selama ini program pemda sumbawa masih sebatas niat
baik belaka tanpa aksi yang nyata dari program tersebut. Bukan rahasia
lagi mentalitas projek merupakan alasan utama mengapa dana pembangunan
di Sumbawa jatuh kepada kroni penguasa. Dan akhir amanat dari kontribusi
tambang tersebut hanya sebatas retorika dan pernyataan formal diatas kertas.
Kenyataan yang cukup menarik telah dilakukan oleh pemerintah Kutai
Timur untuk mendukung kebijakan mengenai dunia usaha pertambangan. Belasan
instansi terlibat dalam sebuah wadah yang bernama Panitia pembebasan lahan
pertambangan. Wadah ini di bentuk untuk mengatasi masalah sengketa tanah
yang terjadi antara investor dan masyarakat. Fungsi mereka cukup berperan
untuk mengambil jalan tengah persengketaan yang ada. Begitu juga kebijakan
lainnya mengenai upaya pemerintah untuk mengembangkan masyarakat lingkar
tambang dengan melakukan terobosan small industri serta agrobisnis. Pemerintah
sangat berperan membuka jalur pemasaran dari usaha masyarakat tersebut.
Hal terpenting yang dapat dipetik adalah usaha yang dilakukan oleh masyarakat
tidak hanya ditujukan untuk menyuplai kebutuhan pertambangan, namun lebih
difokuskan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, regional maupun nasional.
Sehingga dengan strategi pemasaran pola ini tidak akan timbul ketergantungan
terhadap permintaan dunia pertambangan.
Semua langkah ini merupakan singkronisasi antara pemerintah, investor
dan masyarakat. Dapatkah kenyataan ini akan berlaku di Sumbawa ? sudah
tentu, asalkan kita mempunyai niat perubahan, terutama mentalitas manusianya.
Bandung, 26 Juni 2001
Direktur Executif Mining Contribution Development Watch
http://miningwatch.tripod.com Hp : 08122007378
|